Jumlah
kematian akibat malaria global turun 47 persen pada 2000-2013.
Sepanjang 2013, tercatat 584.000 orang tewas akibat malaria di dunia, 78
persen di antaranya anak balita. Peningkatan akses pada kelambu khusus,
tes diagnostik cepat, dan terapi kombinasi kepada penderita malaria
berbasis artemisinin menjadi kunci sukses pengendalian.
”Kita bisa memenangkan pertarungan melawan malaria,”
kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan
menyambut peluncuran Laporan Malaria Dunia 2014, di Geneva, Swiss,
Selasa (9/12). Namun, banyak negara masih harus berjuang keras.
Keberhasilan
itu menunjukkan bekerjanya sistem dan infrastruktur pendukung
penanggulangan malaria. Meski demikian, berbagai upaya itu perlu
diperluas agar kian banyak masyarakat di negara endemis malaria
menjangkau layanan itu.
Penurunan kematian signifikan terjadi di
Afrika, tempat 90 persen kematian akibat malaria terjadi. Periode
2000-2013, kematian turun 54 persen, sedangkan yang terinfeksi malaria
turun dari 173 juta orang jadi 128 juta. Capaian itu cukup besar
mengingat populasi Afrika bertambah 43 persen selama periode itu.
Namun,
wabah ebola di Afrika Barat dikhawatirkan merusak sistem penanggulangan
malaria yang sudah berjalan. Fasilitas layanan kesehatan banyak tutup
dan kunjungan pasien ke fasilitas layanan turun tajam.
Kemajuan
ditunjukkan Sri Lanka dan Azerbaijan yang pada 2013 untuk pertama kali
melaporkan tak ada kasus baru. Sebelas negara berhasil mempertahankan
nol kasus baru, seperti Argentina, Mesir, Irak, Kirgistan, dan Maroko.
Empat negara melaporkan kurang dari 10 kasus baru per tahun, di
antaranya Aljazair.
Di Asia Tenggara dan Asia Selatan, jumlah
orang terinfeksi malaria menurun dari 2,9 juta orang menjadi 1,5 juta
pada periode sama. India, Myanmar, dan Indonesia menyumbang penurunan
terbesar.
Direktur
Program Malaria Global WHO Pedro Alonso menilai, keberhasilan itu belum
pernah dicapai. Hal itu bisa terwujud karena komitmen politik dan
anggaran serta perbaikan proses diagnosis di sejumlah negara.
Di
Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, prevalensi malaria
berdasarkan diagnostik dan gejala mencapai 6 persen, sedangkan yang
berdasar diagnostik saja hanya 1,9 persen.
(Sumber: Kompas, BBC/REUTERS/AFP)